Cinta yang tulus terkadang muncul dari sesuatu yang tidak kita inginkan sebelumnya. Kalimat ini yang mungkin bisa mewakili perasaan saya saat ini untuk mengawali tulisan sederhana tentang refleksi cinta pada momen 14 Februari, momen tentang berlimpahnya Kasih dan Sayang.
Februari 2025 genap setahun saya menginjakkan kaki untuk memulai perjalanan yang boleh dibilang cukup baru bagi saya. Bagaimana tidak, keputusan Bapak Uskup Ruteng waktu itu cukup mengagetkan dan menghentak sanubari saya, ketika Yang Mulia mengutus saya untuk mengabdi di sebuah lembaga pendidikan yang cukup terkenal di Seantero Kota Super Premium Labuan Bajo, SMKS Stella Maris.
Pernah suatu waktu di pagi yang mendung, sehabis perayaan Ekaristi pagi di Gereja tua Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret, saya berlutut untuk berdoa meminta suatu yang khusus kepada Tuhan.
βTuhan, sekiranya Engkau memilih hambamu untuk bisa menjadi pelayan dalam kebun anggurmu, hamba mohon tempatkan hambamu di kebun anggur yang bisa langsung kupetik (PAROKI), jangan di kebun anggur yang bertahun-tahun baru baru bisa dipetik (baik kalau saya yang petik, tapi kalau hanya dirinya sendiri?) (LEMBAGA)β inilah isi hati yang kutuangkan dalam doa khusus pagi itu sebelum saya berangkat untuk sarapan pagi.
Saya masih ingat betul saat itu saya berada di semester akhir tingkat 6 dan beberapa bulan lagi akan menerima urapan suci untuk ditahbiskan menjadi diakon.
Januari 2024 adalah awal keresahan saya ketika menerima SK untuk mengabdi di sebuah lembaga pendidikan. Keresahan saya muncul bukan tanpa alasan.
Dalam hati saya mulai bergumam apa yang harus saya bawa? Apa yang harus saya buat di sana? Sejak saat itu saya lebih sering mengunjungi gua Maria dan tempat-tempat doa lainnya dengan dua intensi utama.
Pertama, agar saya bisa menerima dan menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan yang dipercayakan pada saya.
Kedua, Semoga ada mukjizat Yang Mulia Bapak Uskup mengubah SK dan menempatkan saya di paroki.
Singkat cerita, tibalah saatnya saya harus menginjakkan kaki untuk pertama kali di Lembaga Pendidikan ini. SMKS Stella Maris Labuan Bajo bagi saya adalah sebuah lembaga pendidikan yang cukup terkenal di Kota Super premium ini dan sudah menghasilkan tamatan yang berkualitas. Apakah saya mampu menjalankan tanggung jawab ini dengan sebaik-baiknya?
Hari berganti, bulan demi bulan pun berlalu. Begitu banyak hal yang saya pelajari di tempat ini bersama dengan guru-guru hebat. Setiap pagi, selesai Ekaristi dan sarapan pagi, berjumpa dengan anak-anak murid dan para guru adalah kesenangan sekaligus tantangan pribadi bagi saya.
Bagi saya, berjumpa dengan mereka adalah semangat baru untuk mengisi lembar demi lembar pengalaman harian saya. Berkarya di sebuah lembaga pendidikan ternyata tidak menakutkan seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Ternyata ada begitu banyak cinta dalam setiap dinamika di tempat ini. Pengalaman demi pengalaman yang terjadi di tempat ini perlahan mulai mengisi bejana kosong yang telah saya sediakan.
Di akhir tulisan ini, saya ingin menggoreskan sedikit refleksi singkat saya tentang pengalaman kebencian menjadi pengalaman cinta. Seperti pengalaman kebencian Saulus kepada para pengikut Yesus lalu diubah menjadi pengalaman cinta ketika berjumpa dengan sang Guru, demikianlah saya menggambarkan pengalaman pribadi saya.
Seperti Saulus mengalami perjumpaan Ilahi dan mengubah kebenciannya menjadi cinta dengan cahaya yang menyilaukan mata, saya mungkin mengalami penglihatan lewat mentari pagi dan senyuman-senyuman manis penghuni lembaga ini. Benar-benar dari benci jadi BENCI (Benar-Benar Cinta). *RD. Ignasius Azevedo Viares, S. Fil.