Cuplikan ‘Catatan Harian’ Siswa SMK Stella Maris

Hari ini, Kamis (13/3/2025), saya coba ‘menggenjot’ potensi literasi, khususnya keterampilan menulis dari para siswa. Proyek percontohan untuk ‘penguatan kapasitas’ literasi itu, terjadi di kelas X-03 Perhotelan.

Kegiatan itu dibuat setelah pembelajaran agama Katolik dengan tema ‘Meneladan Yesus’, telah selesai digelar. Sebelumnya, dalam pembelajaran itu, saya ‘mendorong’ peserta didik untuk membuat semacam teks opini terkait dengan konsekuensi mengimani Yesus sebagai Kristus, Putera Allah dan Juru Selamat.

Saya melakukan pendampingan secara reguler ketika menggarap tulisan opini itu. Selain substansi ide yang diperhatikan, saya juga menjelaskan soal gramatika dasar seperti penulisan alinea, huruf Kapital, penggunaan preposisi, struktur kalimat, dan penggunaan tanda baca.

Luar biasa. Sebagian besar siswa di kelas itu sangat antusias ‘mengemukan pendapat’ dalam bentuk tulisan. Tentu saja saya memberikan ‘reward’ berupa apresiasi dan pujian kepada semua yang dengan gembira ‘menyodorkan’ tulisannya kepada saya.

Kisah inspiratif itulah yang mendorong saya untuk ‘membantu mereka’ bagaimana mengasah keterampilan menulis melalui buku Diari di bagian akhir pembelajaran. Meski tidak ada kaitan dengan topik diskusi, tetapi saya kira, perkara menulis ini merupakan salah satu ‘unsur kunci’ dalam budaya akademik.

Sebelum mereka ‘berlatih menulis’, terlebih dahulu saya menulis dan membaca ‘satu fragmen’ Catatan Harian yang saya tulis. Rasanya, tidak terlalu efektif jika kita hanya ‘meminta siswa menulis’, tanpa diikuti dengan contoh konkret bagaimana menulis Diari yang baik.

Seperti yang saya duga, kali ini semua siswa di kelas itu, begitu aktif dan senang sekali mengikuti ‘kursus menulis kilat’ ini. Mereka, bahkan dalam catatan saya, begitu ‘ketagihan’ dengan aktivitas ini. Ada semacam ‘kegembiraan intelektual’ ketika mereka berhasil menggarap sebuah teks sederhana dan diberi catatan apresiatif oleh gurunya.

Berikut ini, saya tampilkan satu cuplikan Catatan Harian siswa. Catatan itu ditulis hari ini, tetapi sebetulnya kisah dalam teks itu terjadi di Datak, (3/3/2025). Airin Syukur, penulis teks ini, menulis seolah-olah pada hari yang sesuai dengan keterangan itu.

“Dear Xavier!
Hari ini aku merasa sangat sedih. Tadi pagi, aku membaca novel favoritku yang berjudul: ‘Only Figuran’. Kau tahu apa yang membuatku sedih?

Pemeran utama, protagonis, pria dan wanita yang ada dalam novel bertengkar dan berpisah. Padahal, sebentar lagi mereka akan menikah. Tetapi, tiba-tiba ada kesalapahaman antara mereka berdua tentang pembunuh orang tua pemeran wanita.

Akibatnya, pemeran utama wanita membenci pemeran utama pria dan mereka berpisah. Air mataku langsung jatuh dan membasahi pipiku.

Hufft, mereka yang berpisah tetapi aku yang menangis dan merasa bersedih.

Aku sangat berharap di bab selanjutnya mereka bisa bersatu lagi.

By Airin”

Saya benar-benar terkesima saat membaca tulisan ini. Betapa tidak. Meski masih kelas X SMK, anak ini sudah bisa menghasilkan tulisan naratif yang sangat memikat.

Hampir semua unsur kaidah menulis, diperhatikan dengan baik. Saya memberikan nilai 100 plus untuk teks ini.Kemampuan Airin dalam menulis, rasanya sudah ‘melebihi’ siswa yang lain. Tidak ditemukan kekurangan yang berarti dalam tulisannya kali ini.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Info Terbaru

Karya Tulis

Opini

Statistik Kunjungan

Name
Age
Phone
🟢 Online Users
0
📊 Today's Visitors
1
📊 Today's Visits
3
📊 Yesterday's Visitors
18
📊 Yesterday's Visits
49
📊 Total Visitors
25549
📊 Total Visits
51727