Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini tengah mengalami semacam ‘musim semi’ sebagai wadah pilihan dalam merajut masa depan generasi muda. Dalam beberapa tahun terakhir, animo masyarakat untuk ‘mengirim’ putra-putri mereka melanjutkan pendidikan ke SMK Stella Maris, mengalami peningkatan yang signifikan.
Sekolah ini selalu menjadi ‘opsi pertama’ di samping SMKN 1 Labuan Bajo bagi ‘orang tua’ yang mau melanjutkan pendidikan ke jenjang SMK. Pertanyaannya adalah ‘apa keistimewaan’ lembaga ini sehingga begitu digandrungi oleh para orang tua di seantero Manggarai Barat (Mabar) ini? Adakah ‘sesuatu yang baik’ yang datang dari sekolah kejuruan milik Keuskupan Labuan Bajo ini? Ada apa dengan SMK Stella Maris?
‘Pertanyaan terakhir yang bernada retoris di atas’ sempat diucapkan oleh Ketua Yayasan Persekolahan Katolik Manggarai Barat (Yasukmabar) yang baru, Rm. Yohanes Fakundo Selman, Pr ketika ‘bertatap muka’ untuk pertama kalinya dengan para guru dan pegawai di Ruang Praktik Siswa (RPS) program Kuliner sekolah itu, Rabu (5/2/2025). Pertanyaan itu dijadikan semacam ‘pintu masuk’ untuk berbicara tentang ‘rencana tata kelola’ yang didesain oleh Yasukmabar baik secara internal maupun secara eksternal dengan pihak sekolah.
Rm. Ivan (demikian sapaan akrab dari Ketua Yasukmabar ini) menegaskan bahwa ‘mesti ada sesuatu yang spesial’ di lembaga ini. Kehadiran SMK Stella Maris, harus memberi ‘warna beda’ untuk tanah Mabar.
Harapan untuk menjadi sekolah yang spesial dan berwarna itu, bakal termanifestasi jika dan hanya jika ada ‘perubahan tata kelola’. Karena itu, pihak Yasukmabar yang dinahkodai Rm. Ivan ‘coba’ memformat ulang model ‘tata kelola’ yang mengacu pada prinsip ‘good governance’.
Hal yang mendapat sorotan pada kesempatan ini adalah ‘pengelolaan keuangan’. Bahwasannya, sisi finansial ini mesti mengacu pada prinsip terukur, transparan, efisien, akuntabel, dan berdampak pada ‘mutu’ proses pendidikan di sekolah. Kapital yang dikeluarkan itu benar-benar ‘punya efek’ terhadap keberhasilan peserta didik di lembaga ini.
Para guru ‘menyambut baik’ inisiatif dan terobosan positif dari pihak Yayasan itu. Dalam dan melalui ‘pembenahan aspek tata kelola’, mimpi menjadikan sekolah ini naik ke ‘tinkat unggul’, segera terwujud.
Di samping respons yang bersifat apresiatif, para guru memberikan beberapa masukan dan catatan kritis untuk ‘disikapi’ secara bijak oleh pihak Yayasan. Ada banyak pertanyaan, pernyataan, usul-saran, dan harapan yang terlontar dari mulut mereka, mulai dari sistem pemberian ‘honorarium’ sampai pada pengadaan fasilitas pendukung proses pembelajaran.
Sebetulnya, masih banyak ‘mimpi’ yang masih ‘mengendap’ di benak para guru, tetapi karena ‘waktu terbatas’, maka pelbagai aspirasi itu, diparkir dan kemungkinan akan disalurkan secara tertip melalui pimpinan lembaga untuk diteruskan ke pihak Yayasan.
Sekadar informasi, Rm. Ivan menjadi Ketua Yasukmabar ‘menggantikan posisi’ yang ditinggalkan oleh Rm. Kornelis Hardin, Pr yang ‘ pulang kembali’ ke habitat, Keuskupan Ruteng. Praktisnya, Rm. Ivan mengemban jabatan sebagai Ketua Yasukmabar mulai Januari 2025. Sebelumnya, putra Labuan Bajo asli ini pernah bekerja sebagai Kepala SMAK St. Klaus Werang.
Sebelum berdialog dengan para guru, Rm. Ivan diterima secara adat dan disambut dengan ‘tarian’ oleh grup Sanggar Seni Stella Maris. Para guru ‘sangat gembira’ dan penuh antusias mengikuti sesi perjumpaan dan diskusi itu. Jadi, tidak hanya ‘tatap muka’ yang terjadi, tetapi yang paling istimewa adalah ‘tatap rencana tata kelola’ yang bermuara pada perubahan yang bersifat progresif dan konstruktif dari sekolah ini. (Sil Joni)