Suasana ruangan pagi itu tiba-tiba hening, rupanya para pendidik dan tenaga kependidikan SMKS Stella Maris sedang serius mengisi Sulingjar atau survei lingkungan belajar (Selasa, 17/09/2024).
Sepantauan media, terlihat para guru dan tenaga kependidikan di sekolah ternama itu sedang menekuni butir-butir pertanyaan yang tampak di layar komputer masing-masing.
Kegiatan yang berlangsung di Lab Komputer itu merupakan rutinitas tahunan yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Adapun maksud kegiatan survei lingkungan belajar itu dilakukan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan secara khusus keberlangsungan proses pembelajaran di SMKS Stella Maris.
Kegiatan survei ini diikuti oleh kepala sekolah dan semua tenaga pendidik SMKS Stella Maris. Kegiatan ini di mulai tepat pada pukul 11:30
Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar) dilakukan dengan cara mengisi kuesioner yang disesuaikan dengan perspektif masing-masing responden.
Sebelum kegiatan ini di mulai, Romo Ignasius Azevedo Viares, Pr., S.Fil selaku Kepala Sekolah, menghimbau para guru untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan ini.
“Saya harap bapak dan ibu guru dapat mengisi kuesioner yang ada dengan baik. Tentunya berbasis pada kenyataan real yang telah dibuat dan dialami selama ini. Bapak dan Ibu, ini menjadi penentu kita ke depan. Penilaian kerja selama ini akan terlihat pada hasilnya nanti.” tegas pemimpin termuda di sekolah tersohor itu.
Adapun pengisian pertanyaan survei ini memakan waktu yang cukup lama. Sepengamatan media, setiap guru rata-rata menjawab pertanyaan-pertanyaan survei ini selama 45 menit sampai 1 jam dengan jumlah soal 130 butir.
Pertanyaan-pertanyaan yang disajikan juga sangat kontekstual dan membutuhkan kejelian dari para responden. Para guru ditantang untuk jujur dan realistis dengan situasi pembelajaran di SMKS Stella Maris selama ini.
Saat diwawancarai salah seorang guru, Kwintus Dapil, mengatakan kesan pertama saat mengisi pertanyaan-pertanyaan survei ini cukup membosankan, namun rasa bosan itu semakin lama semakin nikmat dan menyenangkan.
Menurut dia, hal ini dikarenakan pertanyaan-pertanyaan yang disajikan sangat relevan dan mengena sekali dengan pengalaman mengajar selama ini.
“Pertamanya saya merasa bosan, karena banyak sekali pernyataan dan pertanyaan yang harus saya baca. Saya harus teliti dan jeli. Akan tetapi, lama kelamaan saya justru menikmati pertanyaan-pertanyaan yang banyak ini.” ungkap beliau. (Petrik Pata/RB/SJ).