Wikan Sakarinto memberikan seminar di hadapan para guru SMKS Stella Maris Labuan Bajo (Kamis, 19/09/2024). Disaksikan media, para pendidik dan pegawai yang berjumlah 86 itu tampak antusias mengikuti kegiatan tersebut. Adapun seminar itu bertajuk growth mindset.
Dalam kegiatan tersebut, mantan Direktur Jendral Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2022 itu menyampaikan rasa syukurnya karena salah satu program yang dicanangkan beliau dapat dijalankan di SMKS Stella Maris Labuan Bajo.
“Saya bersyukur sekali melihat beberapa hal di sini. Ada hotel Center of Exellent. Saya berharap hotel ini dapat menumbuhkembangkan semangat belajar peserta didik.” ucap pria kelahiran Yogyakarta, 17 Maret 1975 .
Selain rasa syukur yang disampaikannya, ia juga banyak menambahkan informasi tentang kecenderungan SMK yang ada di Indonesia yang melahirkan penggangguran. Menurut dia, hal seperti ini semestinya tidak harus terjadi karena SMK merupakan sekolah yang mencetak tenaga siap kerja.
“Aku keliling di Indonesia ini, aku temukan fakta bahwa masih banyak alumni SMK yang menganggur. Kok bisa gitu ya? Padahal sudah banyak bantuan pemerintah yang berlabuh di sekolah tersebut. Sedikit-sedikit aku tanda tangan untuk pencairan dana agar dialirkan ke sekolah-sekolah. Kan gini, semestinya dana itu dipakai untuk menunjang belajar siswa, sehingga ilmu yang mereka serap betul-betul dimanfaatkan. Kalau input dan output yang dihasilkan sama saja serta tidak memuaskan industri, maka ada yang salah dengan sistem.” tegas Wikan.
Maka dari itu, kata dia, kita mesti mengubah cara pandang. “Mindset yang berubah, tentunya akan berimbas pada pendidikan kita meski kurikulum sering kali digonta-ganti.” tambahnya lagi
Wikan menyebutkan, salah satu kegiatan yang harus diprioritaskan adalah TEFA (Teaching Factory). Untuk diketahui, Tefa sendiri merupakan standar pembelajaran di sekolah-sekolah vokasi berbasis dunia usaha. Tujuannya adalah meningkatkan kesiapan kerja, menyelaraskan kompetensi, dan membentuk karakter.
Kalau TeFa berjalan baik, kata Wikan, para guru SMKS Stella Maris tidak akan kekurangan apa pun. Selain itu, peserta didik dapat menerapkan langsung ilmu yang mereka dapat.
“Aku tuh ya, di Kampus yang sedang kugodok sekarang, aku menantang para mahasiswaku untuk menemukan satu produk TeFa. Kami bekerja sama. Alhamdulillah, kami menemukan produk tefa yaitu disc brake. Awalnya kami lakukan pemasaran di media, peminatnya sedikit. Akan tetapi, sekarang omsetnya hingga ratusan juta.” pungkas Direktur Akademi Inovasi Indonesia tersebut.
Pada kesempatan seminar, Advisor SMKS Mitra Industri MM2100 itu tak lupa mengajak civitas akademika SMKS Stella Maris agar menjalankan kegiatan TeFa. Ia bahkan menantang ketua program yang ada agar menghasilkan omset melalui kegiatan yang dimaksud.
“Tahun depan, kalau aku datang lagi, aku mau dengar berapa omset yang dihasilkan oleh para peserta didik dan guru-guru program. Kalau bisa ya 100 juta.” ucap Wikan. (RB/SJ).
4 Responses
Saya selaku selaku siswi dari SMK Stella maris akan sangat setuju jika kegiatan TEFA (Teaching Factory) di laksanakan di SMK Stella maris.
Siap Kaka…
Saya sebagai pelajar SMK Stella Maris sangat setuju dengan adanya TeFa(Teaching Factory), karena yg saya liat banyk alumi SMK yg menjadi Pengngguraan di karenakan tdk ada kesiapan untuk berkerja di industri… Dan banyak juga kasus² ank PKL(Praktek Kerja Lapangan) yang mengalami masalah di tempat magang karena karakter yang tidak mengikuti aturan di industri.
Sepakat kaka, kita sedang bergerak ke sana.