Stella Maris ‘Pasca-Natal’

Kemarin, Juma’t, (31/1/2024), “pesta rangkap tiga” digelar di beranda SMK Stella Maris. Acara natal dan tahun baru bersama, perutusan (perpisahan) Rm. Kornelis Hardin, Pr (selanjutnya Rm. Dino saja) dan pengukuhan pengurus OSIS yang baru itu, dihelat persis di penghujung Januari. Ini semacam ‘kado’ indah sebelum beralih ke bulan dua.

Cuaca di seputaran padang Stella Maris, tampak cerah dan berawan. Rupanya, semesta tahu apa yang terjadi dan dibutuhkan oleh segenap warga sekolah kala itu. Kendati tajuk seremoni itu ‘rangkap tiga’, sebetulnya hanya satu ‘roh’ yang membingkai semuanya itu, yaitu spirit natal dan tahun baru 2025.

Perutusan Rm. Dino misalnya, bisa diteropong dari perspektif ‘semangat’ natal. Kita yakin bahwa sang yubilaris bakal dituntun oleh ‘cahaya bintang’ untuk menjumpai ‘bayi natal’ yang hadir dalam diri umat yang dilayaninya di Paroki Kumba, Ruteng.

Demikian halnya dengan peristiwa ‘pelantikan’ perangkat OSIS yang baru. Dalam terang Natal, mereka menjadi ‘para gembala’ yang mewartakan ‘kabar gembira’ kepada segenap anggota OSIS SMK Stella Maris melalui rupa-rupa ‘karya’ dalam kapasitas mereka masing-masing.

Tentu, spirit natal itu mesti membias ke seluruh tubuh warga Stella Maris. Rasanya, meski Sang Mesias lahir beribu kali di Betlehem, tetapi jika ‘tidak lahir’ di kandang Stella Maris, maka acara Natal dan Tahun Baru Bersama itu hanya sekadar seremonial yang bersifat momental dan konsumtif.

Itu berarti mesti ada ‘suasana baru’ yang akan terjadi di lembaga ini. Stella Maris ‘lahir kembali’ dalam bentuk yang lebih positif. Ada semacam panggilan etis untuk menjadi ‘komunitas Stella Maris pasca-natal’. Tata kelola, pola tindak dan tutur kata warganya, meski ‘selaras’ dengan pesan Natal.

Natal itu boleh dilihat sebagai ‘momen revolusi’. Kita coba bercermin pada semangat natal dalam menjalankan proses pembelajaran dan komunikasi antara elemen di ‘rumah edukasi’ ini.

Warta Natal yang paling dominan adalah semangat melayani secara tulus. Mampukah para guru di sekolah ini ‘meneladani’ Bayi Natal yang ‘rela atau berdedikasi tinggi’ dalam melayani peserta didik? Apakah spirit profesionalisme dan pengorbanan sudah menjelma seutuhnya di sekolah ini? Jangan sampai setiap bentuk pelayanan yang kita berikan selalu ‘dikalkulasi’ dari sisi untung rugi.

Jika mental kalkulatif dan pragmatis menjalar kuat dalam diri kita, maka perayaan Natal dan Tahun Baru itu menjadi ‘sia-sia’. Selain itu, Sang Juru Selamat itu hadir dalam kondisi yang serba sederhana. Pertanyaannya adalah apakah warga Stella Maris sanggup menerapkan pola hidup sederhana di lingkungan ini? Apakah kita tidak tergoda untuk hanya bernafsu ‘mengejar untung’ ketika bekerja di lembaga ini?

Stella Maris pasca-natal adalah kumpulan pribadi (baik guru maupun siswa) yang memiliki etos pelayanan yang tanpa pamrih dan menerapkan pola hidup yang ugahari. Kita mengoptimalkan ‘apa yang ada’ dan bukannya ‘menuntut’ kemewahan yang digunakan untuk memenuhi kepentingan pribadi. (Sil Joni)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Info Terbaru

Karya Tulis

Opini

Statistik Kunjungan

Name
Age
Phone
๐ŸŸข Online Users
0
๐Ÿ“Š Today's Visitors
2
๐Ÿ“Š Today's Visits
2
๐Ÿ“Š Yesterday's Visitors
25
๐Ÿ“Š Yesterday's Visits
37
๐Ÿ“Š Total Visitors
23953
๐Ÿ“Š Total Visits
49642