Tangkal Bullying Di Sekolah, SMK Stella Maris Mengadakan Workshop Pencegahan Perundungan dan Tindak Kekerasan

Sabtu, 16 Oktober 2021, SMK Stella Maris Labuan Bajo mengadakan workshop pencegahan perundungan dan tindakan kekerasan di sekolah. Kegiatan itu dilaksanakan di Hotel sekolah dan dihadiri oleh semua para guru dan beberapa perwakilan peserta didik. Selain itu, para narasumber yang hadir ialah Kepala Dinas dan Kepala Bidang Dinas Perlindungan Pemberdayaan dan Perlindungan anak Manggarai Barat, Bapak Melkior Nurdin dan Ibu Fatima Melani Rambing. Manager WVI (Wahana Visi Indonesia) Cluster Manggarai Kristian Yansen Sahputra, dan Suster Yosefina Palawati, SsPS, dari Rumah Perlindungan anak dan perempuan. Juga hadir secara daring Bapak Gita dari BBPPMPV Bispar Bali.

Kepala Sekolah bersama pihak pemerintah dan LSM bekerja sama dalam mencegah perundungan dan tindak kekerasan

Workshop pencegahan perundungan dan tindak kekerasan dilatarbelakangi oleh tuntutan program SMK Pusat Keunggulan yang mengharuskan adanya GSM (Gerakan Sekolah Menyenangkan). Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman di Sekolah sehingga para peserta didik merasa at home dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, ada manfaat penting bagi pengembangan kepribadian peserta didik ketika berada dan bekerja di DUDI. Tujuan tersebut amat didukung oleh pemerintah dan LSM.

“Saya menyampaikan proficiat kepada SMK Stella Maris yang telah mengundang kami dalam workshop ini. Kami amat senang karena baru pertama kali kami berkecimpung dengan pihak sekolah dalam membahas pencegahan tindakan kekerasan dan perundungan terhadap anak”, kata Kabid Dinas Perlindungan Pemberdayaan dan Perlindungan anak Manggarai Barat.

Apresiasi juga diberikan oleh Bapak Yansen, Manager WVI Cluster Manggarai dan Bapak Melki, Kadis Dinas Perlindungan Pemberdayaan dan Perlindungan anak Manggarai Barat. “Baru kali ini saya berpartisipasi dan melihat alur implementasi suatu project yang amat jelas. Kami siap untuk memberikan dukungan dan kerja sama dengan pihak sekolah”, ungkap Yansen.

Manager WVI Cluster Manggarai, Kristian Yansen Sahputra.

Menurut Melki Nurdin, harus ada antisipasi terhadap perubahan zaman yang semakin kompleks. Tiga puluh empat persen populasi penduduk di Indonesia adalah anak-anak, atau ada sekitar 87 juta penduduk yang dikategorikan sebagai anak. Ada perbedaan anak zaman dulu dengan anak zaman sekarang. Melki menunjukan pembagian generasi menurut para ahli.

Pertama, generasi baby boomer (1946-1964), kedua, generasi X (1965-1980), ketiga, generasi Y (1981-1994), generasi Z (1995-2010), dan generasi Alpha (2011-2025). Generasi Alpha diklaim sebagai generasi yang paling akrab dengan teknologi dan generasi yang paling cerdas dibanding dengan generasi sebelumnya. Adanya perbedaan tiap generasi menuntut pula ada perlakuan dan perlindungan khusus terhadap anak.

Kepala Sekolah bersama Ketua komite dan Kepala Dinas Perlindungan Pemberdayaan dan Perlindungan anak Manggarai Barat.

Menurut data yang dikonfirmasi pemerintah, eksploitasi dan tindak kekerasan terhadap anak meningkat setiap tahun. Yansen menyatakan bahwa, di Manggarai barat ada dua isu dominan yang perlu ditindaklanjuti yaitu itu isu stunting dan kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Media dan modus yang digunakan dapat melalui media sosial maupun secara langsung.

Kekerasan terhadap anak paling sering terjadi di lingkungan Sekolah dan keluarga. Karena itu Ketua Komite, Markus Randu, amat mengharapkan agar para orang tua dapat hadir dan berpartisipasi dalam program pencegahan dan tindak kekerasan yang dicanangkan sekolah. Sekolah tidak boleh dibiarkan bekerja sendiri melainkan harus bergandeng tangan bersama pelbagai pihak.

Masih tingginya tindak kekerasan dan bullying terhadap anak-anak menjadi catatan dan tugas penting bagi pihak Sekolah. Animo para guru SMK Stella Maris tercuat dengan intensnya diskusi terkait tema yang diangkat. Para guru SMK Stella Maris, khususnya guru BK menjadi garda terdepan dapat menangkal perundungan di Sekolah.

Perundungan dan tindak kekerasan di lingkungan Sekolah amat sangat berbahaya dan tidak bisa disepelekan, karena perundungan dan tindak kekerasan, secara in se berkonotasi negatif. Selain itu, menurut Suster Yosefin, tindak kekerasan terhadap anak paling dominan terjadi kepada anak perempuan. Eksesnya dapat terjadi gangguan psikis-sosial kepada anak, serta sakit fisik dan mental yang amat memprihatinkan. Maka perlu ada program yang harus dicanangkan Sekolah agar dapat menangkal permasalahan tersebut.

Suster Yosefina Palawati, SsPS.

Sebagai Sekolah Pusat Keunggulan, SMK Stella Maris telah menyusun program anti-perundungan. Tim MGMP guru BK melakukan riset internal tentang eksistensi aktus perundungan di Sekolah. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perundungan dan tindakan kekerasan yang terjadi selama ini di SMK Stella Maris.

Untuk menanggulangi fakta terkait perundungan di Sekolah, maka SMK Stella Maris akan melaksanakan program “Roots“. Ibu Elsa menjelaskan, program roots merupakan program pencegahan kekerasan di kalangan teman sebaya, yang berfokus pada upaya membangun iklim belajar yang kondusif dan aman di Sekolah. Program roots merupakan program Kemendikbud yang diprioritaskan untuk sekolah penggerak jenjang SMP dan SMA/SMK.

Program ini dijalankan dengan mengaktivasi peran peserta didik sebagai Agen Perubahan. Agen Perubahan tersebut ialah siswa-siswi yang memiliki pengaruh bagi teman sebaya untuk memberikan contoh agar berperilaku baik dan menebarkan kebaikan.

Guru Bk, Indah Lestari, S.Pd

Nantinya, para Agen Perubahan yang telah ditentukan akan diberikan materi terkait pencegahan perundungan selama minimal sepuluh kali pertemuan. Harapannya, para Agen Perubahan akan membuat karya promosi anti-perundungan berupa puisi, film pendek, poster, lagu, dan karya lainnya yang akan dipublikasikan dalam kegiatan roots day. Program ini menjadi penting. Sebab para siswa yang menjadi Agen Perubahan akan menjadi contoh dan role model bagi teman sebayanya.

Selain itu, para guru dibagi untuk menjadi Kakas Pendamping untuk beberapa peserta didik. Dalam hal ini, para guru akan memainkan peran dan disposisi pedagogis entah sebagai Kakak, teman atau sahabat yang sebisa mungkin menjadi “locus” ternyaman bagi peserta didik untuk berbagi dan menceritakan berbagai hal.

Program yang dilaksanakan SMK Stella Maris diapresiasi dan didukung oleh berbagai pihak. Karena itu, seluruh civitas Sekolah akan bekerja dan berusaha menyukseskan program tersebut. Ibu Fatima menegaskan bahwa apa yang dilakukan SMK Stella Maris menjadi contoh bagi sekolah lain dalam hal pencegahan perundungan dan tindak kekerasan di lingkungan Sekolah.

Admin

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

3 Responses

  1. Luarbiasa! Kokohnya sebatang pohon tergantung sebrapa kuat akarnya, demikian jga dengan lembaga pendidikan. Bermutu & tdknya tergantung integritas pendidiknya itu sendiri. SMK Stela Maris salah satu lembaga pendidikan skola menengah kejuruan yg memiliki program yang luarbiasa skaligus topang yg kokoh untuk mencegah terjandinya Perundungan & tindakan kekerasan, berkat pendidik yang handal khususnya dalam bidang ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Info Terbaru

Karya Tulis

Statistik Kunjungan

Name
Age
Phone
🟢 Online Users
0
📊 Today's Visitors
2
📊 Today's Visits
3
📊 Yesterday's Visitors
26
📊 Yesterday's Visits
26
📊 Total Visitors
22922
📊 Total Visits
48041