Oleh: Sil Joni*
Hari ini, Jumat (13/12/2024) secara kebetulan saya ‘tertarik sekali’ memakai baju ‘warna kuning’. Dengan ‘baju kuning’ ini, saya semakin percaya diri ‘berlangkah’ ke kintal SMK Stella Maris.
Entah mengapa saya merasa ‘nyaman sekali’ ketika raga ini ‘dibalut’ dengan rona kuning itu. Saking ‘terkesan’ dengan warna itu, saya coba ‘mengabadikannya’ melalui sesi pengambilan gambar. Ternyata, hasilnya tidak terlalu ‘mengecewakan’.
Ritual ‘pengawetan tubuh’ itu, belum lengkap jika tidak ‘dinarasikan’ secara apik dalam ruang digital ini. Angin ‘ilham’ berhembus kencang untuk ‘membongkar’ semacam ‘roh’ di balik warna kuning itu.
Tulisan ini, sebetulnya hanya ‘sebuah tanggapan spontan’ perihal ‘keterpikatan sesaat terhadap ‘baju berwarna kuning’ yang saya pakai. Saya coba ‘menggeledah’ nilai yang tak tampak dari entitas kuning itu.
Boleh jadi, ada jutaan pribadi yang menjadikan ‘kuning’ sebagai warna favoritnya. Hal itu tampak dari busana dan aksesori yang mereka kenakan. Pilihan warna itu, mungkin dilatari oleh sekian ragam alasan.
Secara umum warna kuning yang cerah dan menawan merupakan simbol kecerdasan serta optimisme. Ketika tubuh dibungkus dengan ‘kuning’ kita tampak lebih ceria dan bersemangat. Mungkin hal itulah yang membuat saya ‘begitu bersemangat’ memakai baju warna kuning ini.
Jadi, pada level filosofis warna kuning sebetulnya bisa dipatok sebagai lambang kebahagiaan dan keceriaan. Ada ‘energi’ yang hidup ketika ‘warna kuning’ menguasai pikiran dan badan kita.
Kendati demikian, makna ‘warna kuning’ lebih kaya jika ditilik dari aneka perspektif. Pertama, dari sudut pandang dunia desain dan pemasaran. Warna kuning dapat menggambarkan kebahagiaan, keceriaan, harapan, serta energi.
Antara kuning muda dengan kuning tua juga mempunyai arti yang berbeda. Kuning muda melambangkan keceriaan juga kelembutan. Sementara kuning tua menjadi lambang kemewahan dan elegansi. Warna kuning yang mencolok pun dipilih oleh beberapa brand besar sebagai warna logonya karena tampak jelas meski dilihat dari jauh juga mudah menarik perhatian.
Kedua, dari sudut psikologis. Kuning dalam dunia psikologi dapat dihubungkan dengan kebahagiaan, optimisme, imajinasi, kepintaran, percaya diri, harapan, kesetiaan, kesegaran, hingga keceriaan.
Warna cerah ini pun kerap dipakai dalam terapi stres dan pengendali emosi. Akan tetapi, di balik itu semua terdapat sisi negatif dari warna yang banyak dipakai untuk emoticon ini. Salah satunya adalah ‘tanda cemburu’.
Ketiga, dari sisi arsitektur. Warna kuning juga kerap menjadi pilihan untuk desain interior karena kesan fresh dan ceria yang terpancar darinya. Warna kuning pun mencerminkan kehangatan dan dapat memberikan energi positif.
Keempat, perspektif common sense (logika awam). Secara umum warna kuning identik dengan warna yang mudah menarik perhatian dan memberi kesan optimis, ramah, ceria, serta punya daya tendang yang kuat..
Seseorang yang menyukai warna kuning disebut-sebut memiliki optimisme tinggi dan cenderung perfeksionis sehingga cocok menjadi leader. Opini ini, tentu saja bersifat relatif. Belum ada riset yang meyakinkan untuk mengambil kesimpulan di atas.
Jika kita ‘setuju’ dengan beberapa ‘tafsiran bebas’ di atas, maka ‘kuning’ itu lebih dari sekadar warna yang tampak. Ada sesuatu yang ‘diarak’ ketika seseorang ‘terkesan’ dengan warna itu.
Namun, ‘kata kuning’ sendiri ketika disandingkan dengan kata lain, memiliki arti yang berbeda. Beberapa ungkapan yang menggunakan kata kuning itu antara lain: ‘kartu kuning, lampu kuning, zona kuning, penyakit kuning, dll.
Masing-masing frase tentu punya ‘nuansa makna’ yang khas. Itu berarti kata ‘kuning’ memiliki makna yang variatif sesuai dengan konteks atau maksud ‘kata’ itu diucapkan.